Yasmin Kenangan Istriku

Tiada lagi yang dapat kita harap dari badan yang dulunya kekar, rambut yang dulunya hitam, wajah yang dulunya tampan selain hanyalah amal sebagai teman serta do’a dari buah hati dalam liang sempit berukuran 1×2 meter persegi. Tiada lagi yang mampu mendengarkan tentang keluh kesah, tentang rintihan rasa sakit, dan semua hal tentang pertanggungjawabkan di dunia selama ini.

Aku adalah seorang ayah yang mempunyai seorang putra yang sungguh aku sayangi, Gara sebutan untuknya yang kini sudah berusia remaja. Di balik sikapku yang keras dan temprament aku menyimpan rasa cinta yang sangat luar biasa, mendidik seorang putra yang kelak akan menjadi sosok yang tangguh, berkepribadian tegas, dan bertanggungjawab tentunya adalah harapan setiap orang tua kepada anaknya.

Cerita ini ku tulis sebagai wasiat kelak untuk ananda tercinta Gara, sebagai tanda pengingat bahwa aku begitu sangat menyayanginya meskipun dia terkadang tak menyukai sikap atau aturanku yang terlihat terlalu mengekangnya. Sebagai seorang ayah aku merasa mempunyai tanggungjawab yang besar guna mendidik dan membesarkan buah hatiku seorang diri. Sebagai seorang duda tentulah tidak mudah mengurus segala sesuatunya sendirian tanpa ada seorang wanita dalam kehidupanku sekarang.

Tepat 2 tahun silam, Ibu Gara meninggal dunia dalam sebuah tragedi kecelakaan yang sungguh tidak mampu aku melupakan. Kejadian itu ketika kami sekeluarga pulang dari Puncak untuk liburan karena keluarga kita jarang sekali bisa liburan bersama. Karena aku yang selalu sibuk dengan pekerjaan dan seringkali meninggalkan Gara dan ibunya Keluar kota. Kami sekeluarga tinggal di Daerah Bekasi Jawa Barat, ketika moment di rasa tepar akhirnya kami memutuskan untuk berlibur di Puncak Bogor. Karena tidak terlalu jauh dan puncak adalah destinasi Favorit dari kebanyakan orang di Jakarta.

Tempatnya yang sejuk, suasananya yang tenang membuat kami sekeluarga begitu nyaman ketika berada di sana. Berangkat Hari Sabtu Pagi karena kita berencana untuk menginap Satu malam di sana. Tujuan kita sekeluarga saat itu adalah Curug Panjang yang Terletak sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Bogor, Curug Panjang adalah salah satu destinasi wisata alam di kawasan Puncak yang mampu memanjakan mata Anda.

Curug yang berada di ketinggian 1000 mdpl ini memiliki banyak fasilitas untuk memuaskan para pengunjung yang datang mulai dari toilet umum hingga areal camping yang cukup luas. Bagi Anda yang suka mengekplorasi keindahan alam terbuka, Anda juga dapat menggunakan jalur hiking yang ada di lokasi untuk menikmati suasana di sekitar curug. Rimbunan pohon serta hawa sejuk khas pegunungan dijamin mampu menyegarkan hati dan pikiran Anda.

Untuk tiket masuknya sendiri untuk wisatawan lokal di patok dengan harga Rp.10.000 dan untuk wisatawan mancanegara di patok sekitar Rp.50.000. Anda juga dapat menyewa pelampung seharga Rp15.000 untuk berenang di Curug Panjang ini karena airnya yang tidak terlalu dalam dan aman untuk berenang. Sebenarnya masih banyak lagi destinasi wisata di daerah Bogor, namun Ibu gara yang meminta untuk kita ke Curug Panjang.

Lama tidak main air curug, katanya”hehe..Setiba di Villa kita bercengkrama melepaskan penat dan rutinitas yang begitu sangat melelahkan di kota. Lalu keesokan harinya kita sekeluarga jalan kaki menuju Curug Panjang. Karena kita fikir jarak Villa ke Curug tidaklah terlalu jauh. Oh iya sampai lupa, Ibu gara adalah ibu yang sangat ramah dan begitu perhatian. Namanya Yasmin, sungguh nama yang indah ketika aku mengingat pesona dan sikapnya yang kalem hati ini terasa tenang dan nyaman. Jadi curhat, hehe..”

Kita menikah Tahun 1998, hmm seperti kisah Dilan saja. Terkadang terlihat lucu ketika kita mengingat kala itu, dari Masa sekolah SMA aku mengenal ibunya Gara. sampai di bangku kuliah pun kita masih tetap sama-sama. Dan akhirnya seusai Kuliah kita langsung mengikatkan ikatan suci dalam Mahligai Rumah Tangga. Kenapa mamutuskan untuk segera menikah?”karena kita sudah merasa saling mengenal satu sama lain, jadi tidak perlu berfikit panjang untuk mengakhiri masa lajang kita berdua. Meskipun aku belum memiliki pekerjaan yang tetap, Yasmin adalah sosok yang sangat pengertian.

Ia rela kita makan apa adanya dan tinggal dirumah kontrakan satu petak berdua saat itu. Karena kita sama-sama berfikir untuk mandiri selepas menikah tanpa sedikitpun merepotkan orang tua. Kita pun menikah tanpa perayaan besar, akad yang sederhana yang tak harus mewah namun sah. Itulah yang menjadi prinsip sekaligus motivasi hidup yang paling berharga dalam perjalanan rumah tangga kedepannya. Yasmin berulangkali meminta izin untukku agar dia di perbolehkan untuk bekerja. Aku yang seringkali melarangnya akhirnya pun aku mengizinkannya dengan syarat kelak kalau sudah memiliki anak dia harus resign dari pekerjaannya. Dan akhirnya pun di menyetujuinya. Bukan aku berniat untuk benar-benar melarangnya, hanya saja aku takut jikalau dia kelak sibuk dengan pekerjaan lantas bagaimana kelak jika memiliki seorang anak yang sangat butuh perhatian juga butuh pendamping dalam mengawali kehidupannya.

Akhirnya dia mendapat pekerjaan di perusahaan tekstil sebagai kepala administrasi kantor, karena nilai IPK nya yang tinggi juga kecerdasanya dia di temptakan di posisi itu. Setelah bekerja kurang lebih 3 tahun, Dia hamil dan akhirnya aku memintanya untuk resign dari pekerjaannya. Dia pun nurut apa kataku. Dan alhamdulillah, sekarang aku sudah menjabat sebagai General Manager di sebuah perusahaan di Jakarta. Semua ini berkat do’a dari isti yang sholeha yang selalu menemani dan berdo’a untukku.

Selalu mensuport ketika aku merasa terjatuh dia selalu ada dan kasih sayangnya sungguh luar biasa.
Tepat sembilan bulan, anak kita pun lahir. Alhamdulillah kita di karuniai putra laki-laki yang sangat tampan. Kami memberinya nama Kynan Garawiska. Semoga menjadi anak yang sholeh juga berbakti kepada orang tua dan berguna kelak untuk negara. Aamiin. Gara Lahir pada tanggal 29 Juli 2002 ba’da shubuh. Kami sekeluarga sangat bahagia menyambut malaikat kecil kami ke dunia. Orang tua yasmin saat itu masih berada di Jawa tengah, sedangkan kedua orangtuaku (Kakek/nenek) gara sudah tiada. Aku adalah anak yatim piatu.

Meskipun begitu, Gara adalah harapan kami kedepan, dia lah malaikat penjaga kami di hari tua nanti. Oleh karena itu kita merawatnya dengan sepenuh hati.
Gara pun kini sudah menginjak Usia remaja, ya usia dimana dia sedang mengenal nakal-nakalnya. Namun gara adalah sosok yang sangat bertanggungjawab. Apapun hal yang dia lakukan tidak pernah membuat kami sebagai orang tua cemas atau khawatir. Kami selalu percaya padanya walapun terkadang aku terlihat terlalu keras dalam mendidiknya. Semua ku lakukan agar dia menjadi sosok yang bekarakter dan berkepribadian baik.

Nampak asik dengan kisah rumah tangga kami, jadi lupa kelanjutan tentang cerita liburan kami sekeluarga. He ho. Setibanya kami di curug, rasa lelah perjalanan pun terobati. Pemandangan curug yang sangat indah dan air yang begitu jernih rasanya tak sabar ingin segera menceburkan diri ke curug. Air nya sangatlah sejuk, Gara yang tadinya terlihat kelelahan pun tanpa basa-basi langsung lompat ke air terjun. Dia anak yang pandai berenang, jadi kami pun membiarkannya bermain air sesuka hatinya.

Untuk orang tua dan anak kecil tempat wisata curug panjang juga menyediakan Ban karet untuk mereka yang tidak bisa berenang atau yang ingin tetap bermain air namun tetap savety. Di karenakan ibu nya gara tidak membawa pakaian ganti, akhirnya dia hanya bisa melihat kami bermain air saja sambil menjaga barang bawaan kami. Setelah kami puas bermain air kami pun akhirnya mencari tempat untuk makan. Karena setelah bermain air rasanya lapar sekali. Yasmin juga cuman membawa sedikit bekal setelah itu kita balik lagi ke Villa.

Waktu menunjukkan pukul 12.00 siang, setelah prepare barang dan sholat dzuhur kami memutuskan untuk kembali ke Bekasi. Setelah prepare mobil pun saya panasi sebentar, saya kira mobil pun juga dalam kondisi baik akhirnya gak banyak yang saya cek. Dan akhirnya kami pun pulang siang itu juga.
Di tengah perjalanan, saya merasa ada yang ganjil dengan sistem pengereman yang rada blong. Harus menekan lebih dalam di banding biasanya. Wah, firasat saya mulai merasa tidak enak nih. Dan benar saja. Setelah mobil berjalan melewati tanjakan dan turunan saya sadar ini rem mobilnya sudah blong, kemungkinan saya tidak mengecek ulang minyak rem tadi waktu berangkat pulang.

Dalam hati saya selalu beristighfar dan mencoba untuk tetap mengendalikan mobil dengan penuh konsentrasi, agar Yasmin dan Gara tidak ikutan panik. Yasmin pun bertanya, ada yang tidak beres ya mas?”..saya pun berusaha menenagkannya. “Ini pengeremannya kurang berfungsi dengan baik, Yasmin duduk di depan di samping saya. Raut muka pucat dan panik pun mulai terlihat di mukanya. Gara yang awalnya diam pun menjadi ikut panik. Mobil pun semakin tidak terkendalikan, dan akhirnya mobil kami menabrak pembatas jalan di pinggiran tebing. Mobil kami pun terpelanting karena melaju lumayan kencang sebelum kita menabrak. Yasmin pun langsung tidak sadarkan diri, kepalanya mengucurkan darah yang lumayan banyak. Nampak juga darah keluar dari telinga dan hidungnya, saya yang masih setengah sadar hanya bisa melihat sayup2 sebelum akhirnya saya pun pingsan.

Namun yang ajaibnya, Gara hanya mengalami luka ringan di tangannya. Kemungkinan akibat tersayat pecahan kaca namun tetap mendapat jahitan di tangan kanannya. Saya mengalami patah tangan kanan,
Karena tidak sadarkan diri, tau-tau kami sudah berada di Rumah Sakit. Saya sempat tidak sadarkan diri beberapa jam dan kemudain terbangun tangan kanan saya di perban karena patah. Sontak saya pun memanggil-manggil anak istri saya.
Yasmin mana?yasmin mana??apakah dia selamat.

Gara, gara dimana?..di ruang ICU saya hanya menjumpai dokter saja. Dan dokter pun berusaha menenangkan saya. “Sabar ,pak. Sabar…anak bapak baik-baik saja, dia sedang di rawat dan mendapatkan penanganan dengan baik. Dia di jaga oleh neneknya. Dok.?gimana kondisi istri saya..”dimana yasmin??..
Dengan berusaha menenangkan diri, dokter hanya berkata. “Mohon maaf, pak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, istri bapak mengalami pendarahan di otak. Sehingga nyawa beliau tidak dapat kami selamatkan. Setelah mendapat jawaban itu, saya pun seperti merasa sangat terpukul. Hati saya serasa hancur, perempuan yang saya cintai dia sekarang pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Pergi dan tidak akan pernah kembali. Yang lebih membuat saya makin terpukul, saya tidak dapat melihat kondisi istri saya yang terakhir kali karena kondisi yang masih sangat lemah.

Jelang beberapa hari kemudian, setelah saya rasa mampu saya pun meminta mertua saya untuk mengantarkan ke makam istri saya tercinta. Sesampai di makam pun saya masih kurang percaya kalau yasmin sudah tiada. Saya hanya bisa menangis, dan menyesal kenapa bisa seperti ini. Andaikan waktu bisa saya putar, pasti saya akan mengecek lagi kondisi mobil dan memastikan dalam mobil kondisi prima. Dalam pusara makan saya hanya berkata “sayang, maafkan aku. Akibat kelalaianku kamu jadi seperti ini.”dan mertua saya berusaha menenangkan saya yang begitu terpukul. “Kita doa’kan yasmin, semoga mendapat tempat yang baik di sisi-Nya dan kamu harus berjanji pada Yasmin untuk menjaga dan merawat Gara dengan baik”ucap mertua saya..”!

Setelah kejadian itu, saya masih saja terngiang-ngiang sosok perempuan yang luar biasa seperti Yasmin. Saya adalah orang yang sangat beruntung, di titipkan tuhan keluarga yang sangat baik. Saya pun memutuskan untuk tidak menikah lagi, karena itu adalah wujud tanda setia sehidup semati dengan istri yang saya cintai. Dan Gara, saya akan mendidiknya menjadi sosok laki-laki yang bertanggungjawab juga berguna untuk diri, keluarga, juga bangsanya kelak.

istiqomahsweet #Day8 #OneDayOnePost30HRDC #WritingChallenge #30HariRamadhanDalamCerita #BianglalahijrahRamadhanDiTengahPandemi #istiqomahsweet #Day8 #OneDayOnePost30HRDC #WritingChallenge #30HariRamadhanDalamCerita #Bianglalahijrah #RamadhanDiTengahPandemi

Penulis:

Seorang pecinta kuliner, travelling, olahraga dan menulis.

Tinggalkan komentar